Entri Populer

Rabu, 19 Desember 2012

Beasiswa Data Print


Partisipasi DataPrint dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia tidak henti-hentinya. Di tahun 2009, DataPrint pernah mengadakan program DataPrint Academy yang memberikan kesempatan kepada 30 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia untuk mengikuti workshop selama lima hari di bidang kreatifitas dan entrepreneurship. Kemudian di tahun 2011, sebanyak 700 orang pelajar dan mahasiswa telah menerima beasiswa pendidikan dengan total ratusan juta rupiah. Para penerima beasiswa berasal dari Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Ponorogo, Kendari, Martapura, Dumai, Malang, dan lain-lain.
Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu di sini!
PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000@ Rp 500.000@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
250 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
250 orang
Peraturan cara penulisan essay:
1. Essay merupakan opini pribadi. Tuangkan ide kamu semenarik mungkin.
2. Penulisan dan tata bahasa sesuai dengan kaidah EYD.
3. Panjang tulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata.
4. Penulisan kutipan atau data tanpa menyertakan sumber/link akan dianggap copy paste dan formulir akan didiskualifikasi oleh panitia.
5. Bagi pemilik blog, tuliskan informasi mengenai beasiswa DataPrint di blog kamu, sertakan juga link/tautan ke website beasiswa DataPrint (www.beasiswadataprint.com)  dan website DataPrint (www.dataprint.co.id) . Kemudian cantumkan link yang berisi informasi ini ke dalam kolom “URL BLOG” di formulir pendaftaran. Pencantuman informasi dalam blog kamu akan menambah poin dalam penilaian sebesar 2 poin.
Contoh penulisan link: www.blogsaya.com/beasiswadataprint.html
Jadi, bukan hanya penulisan nama blog seperti www.blogsaya.com .

ESSAY UNTUK PELAJAR:
SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA BERBASIS IDEOLOGI PANCASILA

ESSAY UNTUK MAHASISWA
PENDAPAT KAMU MENGENAI SEX EDUCATION DIMASUKKAN KE DALAM PENGAJARAN DI SEKOLAH, JELASKAN JUGA MENGENAI ASPEK DAN CARA PENYAMPAIANNYA
Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.
Peraturan Lomba :
1.  Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran
2.  Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi
3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya
4.  Isilah formulir dengan sebenar-benarnya.
5. Kolom NAMA, diisi dengan nama lengkap
6. Kolom KODE KUPON, diisi dengan kode yang tertera pada bagian belakang kupon yang ada di dalam produk DataPrint
7. Kolom EMAIL, diisi dengan email aktif yang masih berlaku
8. Kolom NO TELPON, diisi dengan no HP atau no telpon rumah yang masih aktif dan bisa dihubungi
9. Kolom JENJANG PENDIDIKAN, diisi dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh saat ini. Tuliskan juga nama sekolah/perguruan tinggi di kolom ini.
10. Kolom NAMA PERGURUAN TINGGI/SEKOLAH, diisi dengan nama sekolah/perguruan tinggi tempat kamu menuntut ilmu.
11. Kolom KEGIATAN YANG PERNAH/SEDANG DIIKUTI DAN PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH, diisi dengan organisasi yang pernah dan sedang diikuti saat ini serta prestasi yang pernah diraih.
Aktivitas berupa kuliah atau belajar di sekolah, tidak termasuk prestasi.
12. Kolom LAMA MENGGUNAKAN DATAPRINT, diisi dengan waktu penggunaan produk DataPrint
13. Kolom MENGETAHUI INFORMASI BEASISWA, diisi dengan narasumber awal yang memberitahu mengenai program beasiwa pendidikan DataPrint
14. Kolom NILAI RAPORT (BAGI PELAJAR dan MAHASISWA BARU), diisi dengan total nilai secara keseluruhan beserta jumlah mata pelajaran pada semester terakhir. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh pelajar atau mahasiswa baru yang belum mempunyai IP.
Contoh: 98 dari 7 mata pelajaran
15. Kolom IPK TERAKHIR (BAGI MAHASIWA), diisi dengan nilai IPK atau jika belum memiliki IPK boleh diisi dengan nilai IP semester terakhir. Tuliskan juga semester yang sedang ditempuh. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh mahasiswa, bukan pelajar.
16. Kolom URL BLOG, diisi dengan copy URL blog kamu yang memuat informasi mengenai beasiswa DataPrint. Isi kolom ini jika kamu memiliki blog. Pengisian pada kolom ini akan menambah 2 poin pada penilaian.
17. Kolom ESSAY, diisi dengan karya tulis/essay berisi hasil pemikiran kamu sendiri sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Panjang penulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata. Tema akan berubah setiap periode. Jenis tema akan diumumkan setiap tanggal 1 di periode tersebut.
Dilarang mengcopy paste tulisan orang lain. Jika bermaksud untuk menyadur atau mengutip tulisan orang lain, tuliskan juga sumbernya.
18.  Beasiswa akan dibagi menjadi 2 periode.
19.  Jika gagal di periode pertama, peserta BOLEH mendaftarkan diri di periode selanjutnya.
20.  Penerima beasiswa yang telah mendapat dana beasiswa di satu periode TIDAK DAPAT menjadi penerima beasiswa di periode selanjutnya. Peraturan ini berlaku di tahun 2012. Penerima beasiswa di tahun 2011 berhak mendaftar dan memiliki kemungkinan untuk menjadi penerima beasiswa di tahun 2012.
21.  Waktu per periode:
Periode 1: 1 Januari  – 30 Juni
Periode 2: 1 Juli – 31 Desember
22.  Perincian pemenang per periode sebagai berikut:
PERIODEJUMLAH PENERIMA DANA BEASISWA
@ Rp 1.000.000@ Rp 500.000@ Rp 250.000
Periode I50 orang50 orang250 orang
Periode II50 orang50 orang250 orang
23.  Penerima beasiswa akan diseleksi (bukan diundi) oleh tim dari DataPrint.
24.  Panitia tidak menghubungi penerima beasiswa. Nama penerima beasiswa  dapat dilihat di website ini, website DataPrint www.dataprint.do.id atau di www.facebook.com/dataprintindonesia . Simpan fotokopi raport terakhir atau IPK terakhir dan kupon sebagai bukti sah verifikasi jika Anda terseleksi sebagai penerima dana beasiswa.
25.  Dana beasiswa akan diberikan sekaligus dan secara langsung kepada penerima di periode tersebut.
26.  Dana beasiswa akan dikirimkan dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah pengumuman dan atau setelah selesainya pemberkasan dari para penerima beasiswa.
27.  Beasiswa akan ditransfer melalui bank BCA. Bagi penerima beasiswa yang menggunakan rekening bank lain, biaya administrasi ditanggung penerima.
28.  Penerima beasiswa akan diumumkan di website DataPrint www.dataprint.co.id ,  page Facebook DataPrint www.facebok.com/dataprintindonesia danwww.beasiswadataprint.com
Tema Essay dapat dilihat di tab “ESSAY”
Pendaftaran periode 2 berakhir tanggal 31 Desember 2012.
Pengumuman tanggal 10 Januari 2013.
FAQ
1.  Siapakah yang boleh mendaftarkan diri di beasiswa DataPrint
Semua pelajar atau mahasiswa yang masih aktif
2.  Apa saja persyaratan mengikuti pendaftaran beasiswa DataPrint?
Cukup isi semua kolom di formulir registrasi dengan data yang sebenar-benarnya. Kalau kamu keluar sebagai salah satu penerima dana beasiswa, pihak DataPrint akan menghubungi kamu untuk melakukan verifikasi data.
3.  Apakah pendaftaran dipungut biaya?
Pendaftaran beasiswa sama sekali tidak dipungut biaya atau gratis.
4.  Berapa dana beasiswa yang akan saya terima?
Dana beasiswa akan diberikan sebesar Rp 1.000.000, Rp 500.000 dan Rp 250.000
Penentuan besaran dana beasiswa yang akan diterima ditentukan oleh tim DataPrint.
5.  Apakah penerima beasiswa di satu periode dapat menjadi penerima beasiswa lagi?
Tidak, penerima beasiswa yang sudah pernah menerima beasiswa tidak berhak menjadi penerima beasiswa di periode berikutnya.
6.  Bagaimana cara pemberian beasiswa?
Dana beasiswa akan ditransfer kepada penerima.
7.  Kapan beasiswa akan diterima?
Setelah verifikasi yang dilakukan oleh pihak DataPrint selesai atau kurang lebih satu bulan setelah pengumuman.
8.  Apakah beasiswa yang diterima akan terkena pajak?
Tidak, beasiswa yang diterima tidak dikenai pajak. Dana beasiswa akan ditransfer melalui rekening BCA. Bagi penerima beasiwa yang memiliki rekening selain BCA maka dana administrasi akan ditanggung penerima.
9.  Dimana pengumuman penerima beasiswa dapat dilihat?
Pengumuman dapat dilihat di website DataPrint www.dataprint.co.id , page Facebook DataPrint www.facebook.com/dataprintindonesia dan www.beasiswadataprint.com

Jumat, 13 Januari 2012

MEMBANGUN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Abstrak
Psikologi Pendidikan Matematika dibangun atas dasar gejala jiwa yang terjadi pada siswa. Setiap siswa mempunyai dunia pendidikan Matematikanya masing – masing sehingga guru harus mampu membangun dunia Psikologi pendidikan Matematika untuk melingkupinya. Psikologi pendidikan matematika adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku siswa dalam situasi pendidikan khususnya matematika. Gelaja jiwa yang terjadi pada siswa dapat diselaraskan dengan teori – teori yang ada seperti teori John Dewey, Jerome Brunner, Jean Peaget, Ebutt and Straker dll. Selain itu gejala jiwa juga selaras dengan pengalaman dan konteks belajar siswa. Setiap siswa memiliki gejala jiwa yang berbeda – beda sehingga gejala jiwa inilah yang perlu diidentifikasi agar guru mampu membangun Psikologi Pendidikan Matematika.
A.   Pendahuluan
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche = jiwa dan logos  = ilmu, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan berupa gejala jiwa manusia. Psikologi pendidikan merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari tentang gejala jiwa manusia dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan maka dapat diketahui bahwa objek dari psikologi pendidikan adalah gejala jiwa yang terjadi pada manusia.
Matematika dalam pandangan banyak orang masih dianggap tidak lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus serta angka – angka yang bisa membuat siswa merasa kesulitan. Padahal dalam pendidikan formal sedari mulai dari jenjang TK, SD, SMP sampai SMA memiliki kurikulum yang memuat Matematika. Sebagian besar siswa merasa Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan sehingga banyak siswa yang tidak menyukainya. Dalam konteks ini maka diperlukan psikologi. Psikologi yang dibutuhkan dalam konteks ini adalah psikologi pendidikan matematika. Psikologi pendidikan matematika adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa siswa khususnya dalam pembelajaran matematika.
Anggapan yang bermacam – macam mengenai matematika memunculkan banyak gejala jiwa pada diri masing – masing siswa. Gejala jiwa inilah yang perlu diidentifikasi agar guru mampu membangun Psikologi Pendidikan Matematika.
B.   Pembahasan
          1.    Identifikasi Gejala Jiwa
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi banyak yang belum mengetahui tentang betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari – hari sehingga banyak orang yang tidak suka dengan matematika. Siswa mempunyai tanggapan yang berbeda – beda saat menghadapi matematika. Inilah yang disebut gejala jiwa.
Gejala jiwa berupa tingkah laku dan proses mental manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Banyak gejala jiwa yang terjadi saat jiwa belajar Matematika. Gejala jiwa pada siswa dibedakan menjadi :
 a.     Gejala pengenalan (kognisi)
Suatu proses atau upaya siswa dalam mengenal berbagai macam stimulus atau informasi yang masuk ke dalam alat indranya, menyimpan, menghubung – hubungkan, menganalisis, dan memecahkan masalah berdasarkan stimulus atau informasi tersebut.
Gejala pengenalan pada siswa belajar Matematika :
-       Siswa terkadang mengalami kesulitan dalam mengerjakan sebuah soal dikarenakan dia tidak mampu memahami soal tersebut.
-       Siswa tidak mampu melihat apa yang ditulis guru dikarenakan tulisannya yang terlalu kecil, atau alat penglihatannya mengalami gangguan dan dia tidak mau duduk didepan karena takut.
-       Materi geometri membutuhkan alat peraga, tetapi jika tidak ada alat peraga maka siswa akan sulit membayangkan bangun apa yang dibicarakan guru karena guru belum pernah memperlihatkan bentuk geometri itu secara nyata.
-       Siswa lupa rumus saat sedang mengerjakan soal ujian.
-       dll
b.     Gejala perasaan (afeksi)
Kemampuan untuk merasakan suatu stimulus yang kita terima, termasuk didalamnya adalah perasaan sedih, senang, bosan, marah, benci, cinta dan lain sebagainya.
Gejala perasaan pada siswa belajar Matematika :
-       Siswa merasa senang ketika dia mampu mengerjakan soal Matematika dengan benar.
-       Siswa sedih saat dia tidak mampu menyelesaikan soal Matematika dengan baik, ketika guru tidak adil pada seluruh siswa yang berada dikelas.
-       Siswa bosan ketika beberapa hal yaitu gurunya hanya mengajar dengan metode ceramah, guru ketika mengajar hanya duduk didepan, selalu belajar hanya di dalam kelas, dan sebagainya.
-       Siswa tidak suka Matematika karena tidak tahu untuk apa mempelajari Matematika dan tidak tahu apa yang dia pelajari karena guru tidak pernah menggunakan alat peraga sehingga dia tidak mengetahui apa yang dia pelajari.
-       dll
c.     Gejala Kehendak (Konasi)
Gejala ini berkaitan dengan kehendak atau motif sesorang atau suatu dorongan yang menyebabkan perilaku tertentu.
Gejala Kehendak pada siswa belajar Matematika :
-       Siswa ingin belajar Matematika karena gurunya mampu memotivasi siswanya.
-       dll
d.     Gejala Gabungan (Psikomotorik)
Gejala ini merupakan gabungan dari gejala kognitif dan afektif, yang memunculkan suatu gerakan/tingkah laku tertentu.
-       Siswa sedang belajar, maka dia sedang mengunakan matanya untuk membaca, sambil mencoba memahami maksud dari kata – kata materi tersebut.
-       dll
Gejala jiwa yang terjadi pada siswa diakibatkan karena faktor dari dalam atau faktor dari luar siswa. Faktor dari dalam dapat berupa motivasi untuk belajar Matematika, kesulitan dalam belajar Matematika, dll. Faktor dari luar dapat berupa metode guru mengajar, teman sepermainan, dll.
          2.   Gejala Jiwa Dengan Diselaraskan Dengan Teori/Referensi
Banyak teori yang berkaitan dengan gejala jiwa belajar siswa khususnya belajar Matematika.
a)    John Dewey
Teori John Dewey adalah salah satu teori yang membahas tentang pendekatan pembelajaran kontekstual. Pendekatan ini merupakan konsep belajar yang mengkaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran Matematika diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran Matematika pun bisa berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Misalnya, dalam pembelajaran berhitung, siswa diminta pergi ke pasar dan diminta menghitung hasil dari apa yang dia belajakan. Jadi siswa belajar dua hal sekaligus yaitu belajar bersosialisasi dan belajar Matematika.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak siswa sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar Matematika dan apa manfaatnya. Siswa perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian siswa memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
b)    Jean Peaget
Ahli teori belajar yang sangat berpengaruh adalah Jean Peaget. Dia adalah ahli psikologi bangsa Swiss yang meyakini bahwa perkembangan mental setiap pribadi melewati empat tahap yaitu:
1)     Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) pada tahap ini anak-anak mengembangkan konsep pada dasarnya melalui interaksi dengan dunia fiksi
2)    Tahap praoperasional (2-7 tahun). Pada tahap ini anak sudah mulai untuk menyatakan ide, tetapi ide tersebut masih sangat tergantung pada persepsi. Pada tahap ini anak telah mulai menggunakan simbol, anak dapat mulai belajar mengenali angka dan istilah yang mewakilinya.
3)    Tahap operasi kongkret (7-12 tahun) selama tahap ini anak mengembangkan konsep Matematika dengan menggunakan  benda-benda kongkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk menyatakan dan mengingat konsep-konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir logis, berpikir logis ini terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasikan benda-benda kongkret.
4)    Tahap operasi formal (12 dewasa) anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak, dia dapat menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia real dan tidak terlalu bergantung pada benda-benda kongkret.
Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan suatu asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi adalah proses terpadunya informasi dan pengalaman baru ke dalam struktur mental. Akomodasi adalah perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan pengalaman baru, mereka secara aktif mencoba. Sebagai contoh dalam operasi penjumlahan, anak memahami 5 + 3 = 8 dengan memanipulasi benda-benda kongkret yang telah dia kenal.
c)    Teori Belajar Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi kognitif, seperti halnya Jean Piaget, Menurut Jerome S. Bruner metode belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran di bandingkan dengan pemerolehan suatu kemampuan khusus. Metode yang sangat didukung oleh Bruner, penemuan melibatkan kegiatan mengorganisasikan kembali materi pelajaran yang telah dikuasai oleh seorang siswa. Kegiatan ini berguna bagi siswa tersebut untuk menemukan suatu pola atau ‘keteraturan’ yang bersifat umum terhadap situasi atau masalah baru yang sedang dihadapinya. Jerome S. Bruner yakin bahwa dalam mempelajari Matematika seorang anak perlu secara langsung bahan-bahan manipulatif. Bahan-bahan manipulatif merupakan benda kongkret yang dirancang khusus dan dapat diotak atik siswa dalam berusaha untuk memahami suatu konsep Matematika.
d)    Ebutt and Straker
Ebbutt dan Straker mendefinisikan hakikat Matematika sekolah, sebagai berikut :
1.     Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
2.     Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan
3.     Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving)
4.     Matematika sebagai alat berkomunikasi
Definisi hakikat Matematika sekolah diperlukan karena fakta menunjukkan bahwa para siswa mengalami kesulitan belajar Matematika. Maka perlu kiranya untuk membedakan antara Matematika dan Matematika sekolah. Agar pembelajaran Matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada umumnya,
Ebbutt dan Straker (1995: 60-75), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, asumsi tentang karakteristik subjek didik dan implikasi terhadap pembelajaran Matematika diberikan sebagai berikut :
a.     Murid akan mempelajari Matematika jika mereka mempunyai motivasi
b.     Murid mempelajari Matematika dengan caranya sendiri
c.     Murid mempelajari Matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama
d.     Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari Matematika
           3.   Gejala Jiwa Dengan Diselaraskan Dengan Pengalaman Dan Konteks Belajar
Siswa belajar Matematika tidak dapat lepas dari pengalaman. Dengan pengalaman dia mampu mengembangkan apa yang telah dia peroleh. Pengalaman siswa dibangun dari apa yang terjadi baik di dalam kelas maupun di dalam kelas. Pengalaman didukung dengan adanya objek baik tak langsung maupun langsung yang bersifat kontekstual.
Ketika seorang siswa terjun langsung kelapangan untuk menerapkan apa yang dia peroleh maka dia akan mendapatkan pengalaman. Pengalaman itu dapat dia pakai dalam kehidupan sehari – hari.
Pengalaman juga berpengaruh pada konteks belajar siswa. Konteks belajar siswa dapat dinilai dengan melakukan tes. Apabila nilainya bagus maka metode belajarnya bisa dibilang sukses, jika tidak maka dia perlu mencara metode belajar yang lain yang lebih cocok untuknya sehingga dia bisa menunjukkan hasil yang maksimal dalam tes.
Mengerjakan soal itu pun akan menjadi sebuah pengalaman. Misalnya ketika ada soal yang sulit, lalu dia mengerjakan sampai berhasil, maka otaknya akan merekam hal itu sehingga dikala ujian dia menemukan soal yang sama, dia sudah bisa mengerjakannya dan soal itu akan terasa lebih mudah karena dia berpengalaman dalam mengerjakan soal seperti itu.
Pengalaman itu sangat berguna untuk mengatasi berbagai masalah. Gejala jiwa yang dirasakan siswa itu pun termasuk pengalaman karena itu bermakna bagi siswa dan akan lebih bermakna lagi jika dia dapat terjun langsung ke masyarakat untuk dapat menerapkan. Misalnya, mengenai sistem persamaan linear. Suatu hari dia membeli 5 buku dan 3 pensil seharga Rp 23.000, di hari lain di membeli 3 buku dan 2 pensil seharga Rp 12.000. Disekolah dia telah mempelajari SPL, maka dengan metode eliminasi atau substitusi dia bisa mengetahui harga buku dan pensil.
           4.   Membangun Psikologi Pendidikan Matematika
Sangat tidak mudah seorang guru membangun psikologi pendidikan Matematika karena seorang harus memahami bagaimana karakteristik siswanya. Membangun psikologi pendidikan Matematika adalah salah satu langkah penting agar dapat memahami dunia siswa belajar Matematika. Psikologi pendidikan Matematika akan mampu memahami gejala - gejala siswa ketika belajar Matematika.
Setiap siswa mempunyai dunianya masing – masing. Dunia Pendidikan Matematikanya masing – masing yang membuat mereka berbeda satu sama lain. Hendaknya sebagai seorang guru, mampu memahami mereka satu per satu dan membagi perhatiannya kepada semua sama rata.

C.   KESIMPULAN
Sangat tidak mudah seorang guru membangun psikologi pendidikan Matematika karena seorang harus memahami bagaimana karakteristik siswanya. Psikologi Pendidikan Matematika dibangun atas dasar gejala jiwa yang terjadi pada siswa. Setiap siswa mempunyai dunia pendidikan Matematikanya masing – masing sehingga guru harus mampu membangun dunia Psikologi pendidikan Matematika untuk melingkupinya. Psikologi pendidikan matematika adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku siswa dalam situasi pendidikan khususnya matematika.

Referensi :
Marsigit. Anggapan yang bermacam – macam mengenai matematika memunculkan banyak gejala jiwa pada diri masing – masing siswa. Gejala jiwa inilah yang perlu diidentifikasi agar guru mampu membangun Psikologi Pendidikan Matematika.  




Minggu, 18 Desember 2011

Peningkatan Kerjasama Internasional Menuju Sekolah Bertaraf Internasional

Lahirnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional membuka harapan adanya bahwa setiap daerah memiliki kelas Internasional. Hal ini ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
Dalam rangka menuju SBI maka sejak tahun 2000 hingga tahun 2005 dikeluarkan Permendiknas yang mengatur tentang sistem penilaian sekolah RSBI untuk menjadi SBI. Sekolah RSBI untuk menjadi SBI harus memenuhi  SBI = SNP + X. SNP (Standar Nasional Pendidikan) meliputi : kompetensi lulusan, isi, proses pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan pra sarana, dana, pengelolaan dan penilaian. X yang isinya merupakan penambahan atau pengayaan/pendalaman/penguatan/perluasan dari delapan unsur pendidikan tersebut serta sistem lain sebagai indikator kinerja kunci tambahan yang berstandar internasional dari salah satu anggota OECD seperti Australia, Belgia, Canada, Denmark, dan / Negara maju lainnya. Oleh karena itu, SBI perlu mengadakan kerjasama dengan anggota OECD agar dapat mengetahui bagaimana cara menghasilkan siswa – siswa yang memiliki daya saing pada forum Internasional terhadap komponen-komponen pendidikan seperti Ouput dan Outcomes pendidikan, proses penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional.
“Sister School” adalah salah satu cara yang dapat dilakukan. Sister School merupakan salah satu program kerjasama dengan pihak lain baik dalam negeri maupun luar negeri. Kerjasama yang dilakukan dapat dibuktikan dengan ditandatanganinya MoU (nota kesepahaman). Isi naskah kerjasama (MoU) meliputi aspek – aspek :
1.        Tujuan/sasaran yang hendak dicapai, 
2.        Bentuk-bentuk kerjasama atau kegiatan pendidikan/pelatihan yang hendak dilaksanakan, 
3.        Hak dan kewajiban, 
4.        Masa berlaku kerja sama, 
5.        Sumber pembiayaan, dan 
6.        Hal-hal lain yang dianggap perlu. 
MoU ini akan ditandatangani oleh kepala sekolah kedua sekolah disaksikan Dinas, Pengawas Sekolah, Dewan Guru dan Komite Sekolah. 
Contoh MoU SMPN 2 Ciamis 

Kegiatan  dalam program Sister School ini dapat berupa : 
1. Pertukaran Pelajar
2. Pengiriman Tenaga Pendidik untuk mengamati proses belajar diluar negeri
3. Pertukaran informasi mengenai kurikulum, kebijaksanaan sekolah, dan kegiatan sekolah
4. Pertukaran sumber belajar, materi dan strategi mengajar
5. Pertukaran informasi tentang pengembangan sekolah 
Kerjasama ini bertujuan untuk saling bertukar pendapat tentang pengelolaan sekolah berstandar internasional khususnya di luar negeri. Penerapan program “Sister School” pada sekolah bertaraf internasional diharapkan mampu mendongkrak kualitas sekolah sehingga mampu menghasilkan output yang mempunyai keunggulan yang diakui internasional. 

Reference :
http://fatahmunzali.blogspot.com/2008/09/pengembangan-program-sister-school-smk_7928.html
http://jurnal.upi.edu/educationist/view/52/manajemen-sekolah-bertaraf-internasional.html
http://smpn2cms.sch.id/html/index.php?id=profil&kode=10&profil=Sister%20School

Minggu, 11 Desember 2011

INTERNATIONAL PERSPECTIVE ON DEVELOPING METHOD IN UNCOVER PSYCHOLOGICAL PHENOMENA OF LEARNING MATHEMATICS

By Dian Permatasari

In this world, there are many countries. Because of it, many phenomena of psychology happen. It is needed to be uncovered. To uncover the psychological phenomena especially in mathematics education, it is needed to develop the method. Many countries in this world, so it also have many perspective about developing the suitable method for each county.
In Australia, Peter Gould is written in ‘Fraction Notation And Textbooks In Australia’ that tell us about how to teach the students about fraction. Fraction is one of difficulty aspects of learning mathematics. It represent by one whole number written above another whole number,  where a and b are integers and b ≠ 0. Kieren argued that from the point of view of curriculum is needed 4 sub constructs of rational number, that is, part whole, quotient, ration number, operator, and measure. In this case, there are two types of fraction, that is, partitioned fraction and quantity fraction. Partitioned fraction is fraction that from by partitioning objects in to b equal parts and selecting a out of b parts to arrive at the partitioned fraction a/b. Quantity fractions express fractional quantities and refer to a universal measurement unit, similar to the way that meters can operate as a standard measurement unit. In Australia, fraction is learned through the contexts such as sharing food or use a model. The shapes of it can be circle or squares. The textbook in Australia use regional model to introduce fraction, some students attend to the discrete, countable features of the area models. Further, the underpinning idea of area as a quantifiable attribute is frequently not taught before students are expected to make area comparisons through the interpretation of regional models. This is one of the method to uncover the psychological phenomena that happen when the students learn about fraction.
In the other case, Mr. Isoda Masami define about uncover the nature of mathematics with use the characteristics of the mathematics like +, :, x, - , and etc. Mathematics must approach the real situation or a context problem. Its means that the students must organize, identify the mathematical aspects of the problem, and discover answer and relations. After that, the students can develop the concepts. Following figure illustrates the process of develop basic concepts of mathematics or formal mathematical language.

 Guided Reinvention model
Reflection is the also the other method to uncover the psychological phenomena. Reflection starts from contextual problems. By implementing activities such as solving, comparing and discussing, the student deals with representing a relation in a formula, proving regularities, refining and adjusting models, using different models, combining and integrating models, formulating a mathematical model, generalizing and ends up with the mathematical solution. Then, the student interprets the solution as well as the strategy which was used to another contextual problem. The teacher examine it and give the reason why it is wrong and why it is correct. The mathematics lessons that will be designed in Realistic Approach should represents the characteristics of how the students do matematisation. The way of embed these characteristics into the lesson plan components can be seen in the following diagram:



Mr. Isoda about iceberg. Iceberg is one method to learn about fraction.

The iceberg is modified by Mr. Marsigit and become like in above :
Beside it, in the other side of the world, visual discrimination is found as alternative method in learning. Visual Discrimination is the ability to determine differences between objects or symbols by sight or the ability to discriminate items from a background. The example of visual discrimination skills is Henry is playing in the BLOCKS area with two cars. The cars are exactly the same model but are different colors. You approach Henry and ask, “Henry, how are those two cars the same?” Henry begins to explain that they each have two doors, a roof, a steering wheel, and four tires. Next, you ask, “Henry, how are the cars different?” Henry notes that they are different colors – one is red and one is
blue. In this situation, Henry uses his visual discrimination skills to determine the likenesses and differences between the two cars. Visual determination skill can provide the strong foundation dor future success in learning.
Do you know what the role of the teacher? The role of the teacher is to develop the teaching learning scheme. Teaching learning scheme is one of the methods that can be developed by the teachers. Teaching learning scheme comprise with
                    i.            Lesson plan
                  ii.            Apperception
                iii.            Small Group Discussion
                iv.            Varian method
                  v.            Varian interaction
                vi.            Varian media
              vii.            Students reflection
            viii.            Scheme of achieving
                ix.            Student’s conclusion
                  x.            Student’s worksheet
Mathematical thinking is also the method to uncover the psychological phenomena. Shigeo Katagiri defined mathematical thinking as an understanding of the necessity of using knowledge and skills and learning how to learn by oneself, and the attainment of the abilities required for independent learning. There are many type of mathematical thinking that defined by Shigeo Katagiri, that is :
A.     Mathematical Attitudes
1.    Attempting to grasp one’s own problems or objectives or substance clearly, by oneself
1)        Attempting to have questions
2)        Attempting to maintain a problem consciousness
3)        Attempting to discover mathematical problems in phenomena
2.    Attempting to take logical actions
1)        Attempting to take actions that match the objectives
2)        Attempting to establish a perspective
3)   Attempting to think based on the data that can be used, previously learned items, and assumptions
3.    Attempting to express matters clearly and succinctly
1)        Attempting to record and communicate problems and results clearly and succinctly
2)        Attempting to sort and organize objects when expressing them
4.    Attempting to seek better things
1)        Attempting to raise thinking from the concrete level to the abstract level
2)        Attempting to evaluate thinking both objectively and subjectively, and to refine thinking
3)        Attempting to economize thought and effort
B.     Mathematical Thinking Related to Mathematical Methods
      1.      Inductive thinking
2.      Analogical thinking
3.      Deductive thinking
4.      Integrative thinking (including expansive thinking)
5.      Developmental thinking
6.      Abstract thinking (thinking that abstracts, concretizes, idealizes, and thinking that clarifies conditions)
7.      Thinking that simplifies
8.      Thinking that generalizes
9.      Thinking that specializes
10.  Thinking that symbolize
11.  Thinking that express with numbers, quantifies, and figures
C.     Mathematical Thinking Related to Mathematical Contents
1.      Clarifying sets of objects for consideration and objects excluded from sets, and clarifying conditions for inclusion (Idea of sets)
2.      Focusing on constituent elements (units) and their sizes and relationships (Idea of units)
3.  Attempting to think based on the fundamental principles of expressions (Idea of expression)
4.    Clarifying and extending the meaning of things and operations, and attempting to think based on this (Idea of operation)
5.      Attempting to formalize operation methods (Idea of algorithm)
6.      Attempting to grasp the big picture of objects and operations, and using the result of this understanding (Idea of approximation)
7.      Focusing on basic rules and properties (Idea of fundamental properties)
8.  Attempting to focus on what is determined by one’s decisions, finding rules of relationships between variables, and to use the same (Functional Thinking)
9.   Attempting to express propositions and relationships as formulas, and to read their meaning (Idea of formulas)
Ebutt and Straker define the cognitive development as a one of the nature of the student. Cognitive development consist of
      1.      Formal geometries : formally defined object (deductive proof)
2.      Euclidean geometries : imagined platonic object (Euclidean proof)
3.      Practical geometries : described real world object (in hierarchy) (geometry construction)
4.      Shape geometries : perceived the prototypes (can be differences) (perception)
Not only it, but also the teacher must be know the nature of learning mathematics :
      1.      Self : the students learn by themselves.
2.      Collaboration : teacher and student
3.      Motivation : attitude
4.      Context : mathematics characteristics
In above is some method that developed in some country. There many method that be developed in this world. Every country develops their method. On developing the method, each countries has their perspective. They think that the method is suitable if it applies in their country. This method is used to uncover the phenomena that happen in teaching learning process especially in mathematics learning. So, perspective of each country influence on developing method in the other country to make an alternative method that better than before.

References
Peter Gould. Fraction Notation And Textbooks In Australia.pdf. Australia
Marsigit, Atmini Dhoruri, Sugiman, Ali Mahmudi. LESSON STUDY: Promoting Student Thinking on the Concept of  Least Common Multiple (LCM) Through Realistic Approach in the 4th Grade of Primary Mathematics Teaching.pdf. Indonesia
Dr. Marsigit. Pengembangan Kompetensi Guru Matematika Melalui Model-Model Pembelajaran, Lesson Study dan PTK Melalui Peningkatan Peran MGMP.pdf. Indonesia